Pengamanan Informasi dan Kriptografi

Menambah khasanah bacaan kriptologi dan pengamanan informasi bagi masyarakat Indonesia

  • Masukkan alamat surat elektronik Anda untuk mengikuti blog ini dan menerima pemberitahuan tentang pos baru melalui surat elektronik.

    Bergabung dengan 33 pelanggan lain
  • Arsip

  • Maret 2018
    S S R K J S M
     1234
    567891011
    12131415161718
    19202122232425
    262728293031  
  • Blog Stats

    • 519.518 hits
  • Pengunjung

Big Data antara Kegamangan dan Pemanfaatan

Posted by hadiwibowo pada Maret 26, 2018

Tim Berners-Lee –penemu World Wide Web– mengatakan, “data bukanlah informasi, informasi bukan pengetahuan, pengetahuan bukan pemahaman, pemahaman bukanlah kebijaksanaan”.

Pada awal facebook mulai menjadi tren, saya sering mengingatkan teman-teman bahwa data yang disimpan di facebook seperti foto-foto kegiatan, nama teman-teman, sekolah, pekerjaan, opini pribadi ataupun sekedar apa yang kita sharing-kan akan menjadi komoditi bagi facebook. Istilah kerennya profiling yaitu analisa sesuatu hal yang berhubungan dengan subjek/objek untuk melakukan “serangan” yang tepat. Yang dimaksud “serangan” ini contohnya adalah pemberian iklan yang sangat personal, sesuai dengan hobi dan kebiasaan kita. Yang mana hobi dan kebiasaan kita didapatkan dari profiling berupa analisa berbagai data yang kita input sendiri ke facebook, baik sebagai sharing atau hanya sekedar album pribadi. Selain iklan, yang dianggap ga masalah, bisa juga dipakai untuk hal-hal yang mengandung unsur uang. Misalnya Mr. X –karena sudah mengantongi informasi yang cukup dari data-data yang ada– berpura-pura sebagai kita, dan meminta kredit ke berbagai lembaga keuangan.

Saat itu teman-teman banyak yang mencibir: “emang buat apa foto-foto gue”. “hah…. kalau gue pejabat sih mungkin aja, lagian ga ada yang rahasia yang gue share di facebook”. “paranoid lu”. Dan perkataan-perkataan lain yang senada yang pada intinya mereka tidak merasa/percaya bahwa data pribadi miliknya yang diunggah ke facebook suatu saat akan “memberi masalah” bagi dirinya.

Skandal penyalahgunaan data oleh facebook yang terkuak baru-baru ini, memaksa kita untuk menata ulang bagaimana kita memperlakukan, menyimpan, mengolah dan menggunakan data pribadi kita sendiri. Data pribadi yang disimpan di tempat lain –dhi server facebook– akan menjadi informasi dan pengetahuan yang kegunaannya mungkin tidak terpikirkan sebelumnya oleh para pengguna facebook.

Data dari para pengguna facebook terkumpul –hampir secara sukarela– di server milik facebook dan kemudian membentuk apa yang saat ini tren disebut BIG DATA.

Apa sih Big Data itu? saya coba menelusuri berdasarkan beberapa literatur, big data dapat diartikan : jumlah data manual atau elektronik yang sangat besar dimana untuk  menyimpan dan mengolahnya harus menggunakan mesin/teknologi.

Perusahaan-perusahaan besar seperti Facebook, Google, Amazon, dan Alibaba bergerak menggurita melalui pemanfaatan analisa big data. Perusahaan dalam negeri pun seperti Go-jek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak melakukan hal yang sama.

Mereka dengan aplikasi dan caranya masing-masing berusaha mendapatkan data-data dari sebanyak mungkin pengguna teknologi mereka. Kemudian data-data tersebut diolah, dianalisis, dan dipetakan untuk berbagai keperluan bisnis.

Untuk lebih memahami penerapan big data menjadi informasi dan pengetahuan yang bernilai tinggi, hal pertama adalah membedakan antara data, informasi, dan pengetahuan.

Pernyataan Tim Berners-Lee tersebut diatas bisa kita tarik menjadi : kumpulan data yang diolah akan membentuk informasi, informasi yang diolah akan menjadi pengetahuan, pengetahuan dengan data yang valid membentuk suatu pemahaman. Pemahaman yang dilaksanakan dalam masyarakat membentuk suatu kebijaksanaan.

Dengan cara itulah data pribadi pengguna facebook yang secara sukarela diinput bahkan secara detail, hari demi hari, berubah dari data yang sepertinya “cuman”, menjadi informasi dan pengetahuan yang nilainya  menggiurkan.

Apakah dengan mengetahui hal ini, kita berhenti menggunakan facebook ? Saya kira tidak. Kenapa ? Karena bagi sebagian besar masyarakat, big data merupakan misteri dan tidak dapat terlihat secara jelas. Sebagian lagi memang sengaja ikut berenang di lautan data yang diciptakan facebook. Ah, tapi tetap ada sebagian lagi yang dapat memanfaatkan big data-nya facebook sebagai alat bantu dalam usahanya mencari nafkah. –sugianto-

Tinggalkan komentar